- Published on
Dari Pegawai Bank ke Pebisnis Sukses: Kisah Inspiratif Pelaku UMKM Jamur Tiram Desa Pucangarum
- Authors
- Name
- Rahmatul Lugastara
Ahmad Nailul Marom, yang akrab disapa Marom dan kini berusia sekitar 35 tahun, sebelumnya bekerja di salah satu bank nasional ternama. Namun, ia merasa pekerjaan tersebut tidak memberikan kepuasan batin. "Saya ingin menjalankan usaha yang memberikan dampak positif bagi masyarakat. Ketika melihat peluang besar di bidang budidaya jamur tiram, saya memutuskan untuk resign," jelas Marom dalam wawancara bersama Tim KKN UNUGIRI.
Memulai Bisnis Jamur Tiram dengan Modal Terbatas
Dengan tabungan hasil kerja kerasnya selama di bank, Marom memulai usaha budidaya jamur tiram dengan modal awal Rp1,5 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan, bahan baglog, serta mengikuti pelatihan budidaya jamur. "Modal awal itu saya gunakan untuk membeli peralatan, bahan baglog, dan mengikuti pelatihan budidaya jamur," jelasnya.
Pada awalnya, Marom hanya memproduksi sekitar 100 baglog dan melakukan seluruh proses budidaya hingga penjualan bersama istrinya. Meski begitu, ia menghadapi tantangan besar dalam memperkenalkan produk jamur tiram kepada masyarakat sekitar yang masih ragu terhadap manfaat jamur tiram, bahkan ada yang percaya bahwa jamur dapat menyebabkan hipertensi.
Menghadapi Penolakan: “Ditertawakan dan Diragukan”
Marom mengungkapkan, “Awalnya saya ditertawakan karena meninggalkan pekerjaan mapan untuk berjualan jamur. Banyak yang menolak produk saya sebelum saya menjelaskan manfaatnya.” Meskipun menghadapi banyak penolakan, Marom tidak menyerah. Ia terus belajar mengenai teknik budidaya yang tepat, strategi pemasaran, dan cara mengolah jamur tiram menjadi produk bernilai tambah.
Inovasi Produk Jamur Tiram: Dari Budidaya ke Produk Olahan
Meski omzet sempat turun, Marom terus bertahan dengan berbagai inovasi produk dan layanan. Kini, selain membudidayakan jamur tiram, Marom juga mengolah jamur tiram menjadi berbagai produk olahan yang kini banyak diminati, salah satunya adalah jamur krispy.
Tantangan Pemasaran: Meningkatkan Kepercayaan Pasar
Bagi Marom, salah satu tantangan terbesar dalam membangun bisnis jamur tiram adalah memperkenalkan produk ini kepada masyarakat yang belum terbiasa dengan jamur tiram. “Banyak orang yang skeptis terhadap jamur tiram. Mereka mengira rasanya aneh atau sulit diolah. Bahkan beberapa warung menolak untuk menjual produk saya karena takut tidak laku,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal ini, Marom bekerja keras membangun kepercayaan pasar dengan memberikan sampel gratis, mendemonstrasikan cara memasak jamur tiram, serta menjelaskan manfaat gizi dari jamur tiram. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk memperluas pemasaran. “Awalnya saya door to door ke warung, rumah tangga, bahkan restoran kecil. Meski sering ditolak, itu justru menjadi motivasi untuk terus mencoba,” tambahnya.
Harapan dan Optimisme untuk Masa Depan
Marom berharap, dengan semakin banyaknya edukasi dan inovasi dalam pengolahan jamur tiram, masyarakat akan lebih mengenal dan menerima produk ini sebagai alternatif pangan yang sehat, lezat, dan mudah diolah. “Saya juga berharap agar pemerintah dan komunitas UMKM lebih aktif memberikan pendampingan serta akses pemasaran yang lebih luas, sehingga para pelaku usaha jamur tiram dapat terus berkembang dan berkontribusi pada perekonomian lokal,” ujar Marom dengan penuh optimisme.